TEMPURSARI, Bila kita berbicara tentang anak muda, dipikiran
kita akan muncul gambaran seseorang yang gaul, tentengannya gadget, atau dengan
logat bahasa jiplakan ala sinetron. Inilah sekilas gambaran anak gaul zaman
sekarang. Sebaliknya, ketika muncul gambaran tentang anak muda yang menggunakan
busana daerah atau bicara dengan bahasa daerah kita akan segera memberikan
label anak ketinggalan zaman. Benarkah?
Namun
di Tempursari ada sekumpulan Tokoh masyarakat yang mempunyai pandangan berbeda tentang anak
muda. Mereka mencoba membenarkan pola
pikir sempit yang kadung mengakar dalam pola pikir masyarakat. Mereka itulah
yang masih peduli dengan kekayaan budaya yang ada, tumbuh, dan berkembang di
tengah masyarakat.
Pemikiran itulah yang mendasari diadakannya kirab budaya
dengan Tema Seni Budaya. Melalui kegiatan kirab budaya tersebut kita mengajak semuanya
untuk mencintai dan menyelamatkan budaya dan sekaligus memberi makna atas
budaya itu seturut konteks zaman.
Kegiatan
kirab budaya kali ini diadakan mengelilingi
jalan di Desa Tempursari dengan Start di sebelah barat lapangan desa Tempursari
dan Finisnya di sebelah timur lapangan Desa Tempursari. Berbagai bentuk
kesenian menghiasai hampir seluruh penjuru jalan di desa Tempursari. Kirab
budaya yang dimulai sekitar pukul 09.00 WIB itu sekaligus menjadi tontonan
gratis bagi masyarakat sekitar. Ketika membuka kirab budaya tersebut, Agus Yani
selaku ketua Panitia berharap agar
“kegiatan ini sebagai salah satu benteng masuknya kebudayaan barat yang sering
kali tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Budaya Jawa kental dengan nuansa unggah
ungguh dan tepo saliro”.
Setelah acara dibuka, satu persatu kelompok orang-orang muda
itu menampilkan kebolehannya. Meski cuaca terasa panas, namun hal itu tidak
menyurutkan usaha mereka menampilkan perform secara maksimal. Sementara itu,
masyakarat datang silih berganti menyaksikan pertunjukan yang disuguhkan.
Lapangan kecil di tengah desa itupun berubah. Hilir mudik penonton disertai
alunan suara tetabuhan menghiasi sepanjang jalan.
Panitia
memang sengaja mengusung tema tentang seni budaya.. Dari sini, hendak
diingatkan kembali pentingnya mencintai budaya sendi
Dengan tema itu, nilai-nilai budaya lokal diambil dan
diangkat kembali sesuai konteks kekinian. Kemudian proses itu ditampilkan oleh
orang-orang muda yang punya kepedulian akan budaya tradisional yang semakin
terpinggirkan. Betapa luar biasa, pada zaman ini masih ada banyak orang muda
yang mau berproses selama berbulan-bulan untuk bisa menelorkan sebuah karya
yang layak mendapat apresiasi. “Hebat. Dua jempol untuk karya mereka, Mas” ujar
Aan, salah satu penonton ketika dimintai pendapatnya. “Ternyata masih banyak
anak muda yang mau belajar menari tarian daerah. Kalau dikembangkan lagi, bisa
jadi kekayaan seni yang luar biasa. Tapi kalau hanya sekedar untuk tampil di
acara ini, ya... Gimana, ya? Semoga semangat mereka untuk melestarikan budaya
tradisional seperti ini bisa jalan terus” imbuhnya sembari memberikan pesan
untuk anak-anak-anak muda.
0 komentar: